Sebagian besar wilayah Gunung Megang masih merupakan perkebunan, salah satu hasil bumi yang menjadi komoditas utama dan matapencarian sebagian besar penduduk Gunung Megang adalah kebun karet alami. Bagi masyarakat Gunung Megang kebon karet ini lebih akrab denga sebutan “Kebon Balam”
Perkebunan karet rakyat ini juga banyak terdapat di seberang sungai Lematang hingga mencapai daerah Talang Mandiangin, sebuah daerah terpencil di tengah hutan dan berada di perbatasan Kecamatan Gunung Megang dengan Kecamatan Talang Ubi. Sepanjang jalan dari desa Gunung Megang Luar hingga ke Talang Mandiangin ini adalah perkebunan karet alami rakyat, begitupun dari Gunung Megang hingga ke Daerah Benakat juga masih berupa perkebunan karet alami rakyat.
Pohon dan perkebunan karet ini juga sudah ada di Gunung Megang sejak jaman nenek moyang, namun kita tidak akan melihat pohon karet yang sebesar pohon Dukuh apalagi pohon Durian, karena pohon karet mempunyai masa produktif, jika kandungan getah karet yang keluar dari batangnya sudah mulai berkurang maka pohon karet sudah memasuki mas non produktif biasanya masyarakat Gunung Megang melakukan penebangan terhadap batang-batang pohon karet yang sudah tua ini kemudian dilakukan penanaman kembali, kegiatan ini biasanya mereka sebut “melebor kebon balam”.
Penanaman pohon karet ini di tata secara teratur dengan jarak setiap pohonnya kurang lebih 3m, karena jarak antara batang pohon karet yang satu dengan yang lainnya akan mempengaruhi kandungan getah dalam batang pohon karet tersebut, jika terlalu berdekatan bisa mengurangi kandungan getah dalam batang pohon karet.
Setiap hari batang-batang pohon karet ini disadap oleh pemilik kebon atau orang-orang upahan. Mereka berangkat dari rumah setelah subuh, setibanya di kebon karet langsung menyadap satu persatu setiap batang pohon karet dan getah karet yang menetes dari batangnya akan jatuh ke Tempurung Kelapa, masyarakat Gunung Megang menyebutnya “Sayak Niou” dan dibiarkan sedikit membeku sampai siang hari. Setelah makan dan istirahat siang kemudian satu persatu tempurung kelapa yang berisi getah karet tadi diambil menggunakan ember dan diletakkan dalam cetakan segi empat berukuran kira-kira 80 x 40cm dan dibiarkan membekuh hingga sore hari, setelah menjelang sore hasil sadapan karet ini dibawa pulang untuk disimpan di dalam “balong” yaitu kolam khusus yang dibuat untuk menyimpan getah karet atau dapat dijual langsung kepada pembelinya.
Namun biasanya masyarakat Gunung Megang menjual getah karetnya secara mingguan pada hari kamis, karena esok harinya adalah hari jum’at yang merupakan hari pasar tradisional masyarakat Gunung Megang. Pada hari itu berton-ton getah karet diangkut menggunakan mobil truk untuk dijual ke pabrik pengolahan karet yang ada di Palembang atau Tanjung Enim.
Hanya penduduk asli Gunung Megang yang mempunyai banyak bidang tanah perkebunan karet ini, semakin banyak dan luas kebon karet yang dimiliki maka semakin mapan juga perekonomiannya.
Tetapi anda jangan heran jika sedang berada di dekat tumpukan karet ini anda akan mencium bau yang kurang sedap, ya ... bau itulah yang telah menghasilkan uang bagi sebagian petani karet di Gunung Megang dan mendorong laju perekonomian masyarakat Gunung Megang pada umumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar